Sabtu, 14 Desember 2013


BEM REMA UPI, BEM KEMA UNPAD, BEM KM UGM, BEM UNSRI, BEM UNS, BEM KM IPB, BEM UI, Forum Perempuan BEM SI JABAR, GAMAIS ITB, HIROKOBA,
Indonesia Tanpa JIL, KAMMI Wilayah Jawa Barat, HMI ITB, FSLDK

Krisis Mesir dewasa ini menjadi sebuah hal yang sudah di luar batas. Masyarakat sipil menjadi korban dari keganasan militer Mesir, Sepekan ini kekerasan yang terjadi telah menyebabkan 200 orang tewas dan menimbulkan polarisasi yang begitu dalam di negara paling populis di dunia Arab. Militer Mesir menyerang masyarakat sipil pada pukul dinihari ketika masyarakat sipil sedang duduk di jalanan, Mereka tak menembak untuk melukai, tapi membunuh," ujar Haddad tegas kepada Reuters.
Penyerangan yang dilakukan oleh pihak militer Mesir merupakan pelanggaran HAM berat dan salah satu bentuk otoritarianisme pihak Militer Mesir yang seharusnya tidak dilakukan di era demokrasi ini. Selain penyerangan terhadap masyarakat sipil, pihak militer Mesir juga melakukan penggulingan terhadap pemerintahan yang sah, berdaulat dan terpilih berdasarkan pemilu yang demokratis, hal tersebut sangat mencoreng proses demokrasi yang dihormati oleh seluruh bangsa di dunia.
Jika kita melihat dari sejarah, Mesir merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Negara Republik Indonesia, namun sangat disayangkan melihat negara Indonesia sebagai Negara Demokrasi ke-3 terbesar di dunia, dan negara yang pernah dibantu oleh Mesir dalam memperoleh kemerdekaanya, malahs ampai sekarang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak menyampaikan pernyataan sikapnya secara resmi untuk memoderasi terhadap konflik tersebut.
Melihat dari kasus tersebut yang sudah menjadi isu internasional, sudah saatnya bangsa Indonesia untuk menyuarakan suaranya dalam mendukung dan mendorong proses demokratisasi di Mesir.


Oleh karena itu kami atas nama pemuda Indonesia menolak pelanggaran HAM di Mesir, menyampaikan tuntuntan dan rekomendasi sebagai berikut:
1.      Mengajak kepada masyarakat dan mendorong pemerintah untuk mengutuk keras pembantaian rakyat Mesir yang dilakukan oleh aparat militer Mesir.
2.      Mengajak kepada masyarakat dan mendorong pemerintah untuk Menolak segala bentuk otoritarianisme di era demokrasi.
3.      Mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk berada dalam baris terdepan menyikapi konflik horizontal yang terjadi di Mesir.
4.      Mengajak masyarakat dan mendorong pemerintah untuk mendukung proses demokratisasi di Mesir.
5.      Mengecam keras pembredelan media dan pers sebagai infrastruktur demokrasi di Mesir, serta menghimbau media nasional maupun internasional untuk turut berperan aktif dalam proses perdamaian di Mesir.

Bandung, 1 Agustus 2013


            Atas nama

            Pemuda Indonesia

Kamis, 12 Desember 2013


Perlu kita ketahui dengan diterapkannya sistem UKT di UPI ini bukan memberikan solusi seperti yang digembor-gemborkan pemerintah melalui mendikbud. namun ini memberikan kerugian dan masalah baru bagi seluruh Mahasiswa Indonesia khususnya UPI. yang paling mengerikkan di UPI ini ada UKT yang mencapai Nominal 9juta Rupiah per semester, seperti Jurusan IPSE dan Keperwatan UPI. Pada hakikatnya UKT ini pernah diterapkan dan dijadikan system pembayaran oleh Universitas Indonesia. Namun Kebijakan Kemendikbud dan DIKTI lah yang mengharuskan seluruh PTN menggunakan system pembayaran UKT yang kami menilai sangat merugikan. Memang pada awalnya konsep UKT ini Ditentukan besaran UKT ini berdasarkan Kondisi Ekonomi Keluarga, Dengan TUJUAN Meningkatkan Angka Partisipasi Masyarakat di Jenjang Pendidikan Tinggi.
Namun KENYATAANNYA dilapangan UKT itu  ;
-          UKT yang diberikan TIDAK SESUAI dengan Kondisi Ekonomi Keluarga
-          HANYA mempertimbangkan PENGHASILAN Orangtua, dan JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA dll TIDAK DIPERTIMBANGKAN
-          AKIBATNYA, RATUSAN MAHASISWA harus menempuh PENANGGUHAN dan TERANCAM CUTI PAKSA
Efeknya banyak mahasiswa yang tidak mampu membayar UKT (Jalur SNMPTN dan SBMPTN) dan biaya pangkal (Jalur SM). Pihak Universitas memberikan tenggang waktu sampai tanggal 13 Desember 2013 yang mana apabila tidak bisa melunasi pembayaran UKT ini Mahasiswa diancam Sanksi Akademik berupa Cuti Paksa, Ironis dan Miris!!! Sampai saat ini ada 217 Mahasiswa yang terdata untuk mengajukan Penangguhan Pembayaran UKT dan Biaya Pangkal. Tiga belas Desember dua ribu tiga belas ini seperti Bom Waktu yang siap meledak pada tanggal itu dan mengakibatkan kegelisahan bagi Mahasiswa yang tidak bisa melunasi pembayaran biaya kuliah di UPI.  
Oleh karena itu kami dari Republik Mahasiswa UPI menuntut ;
-             Menganulir Kebijakan UKT sepenuhnya
-             Memberikan Solusi untuk Mahasiswa yang tidak mampu membayar SPP UKT dan uang Pangkal (jalur SM)
-             Menolak Kebijakan Cuti Paksa untuk Mahasiswa tidak mampu membayar biaya kuliah

CP : Asep Yendi Desyandi 085723983400 (Koordinator Aksi)
Dudi Septiadi 089660901345 (Presiden BEM REMA UPI 2013)

Kamis, 05 Desember 2013

*oleh : @dudi_economic




Jika kita terbangun di pagi hari, ingin rasanya melihat negeri indonesia sudah dalam keadaan yang maju, makmur dan sejahtera. Petani bisa menikmati hasil garapannya, buruh bisa sejahtera dengan keringat nya, nelayan bahagia dengan hasil tangkapannya, anak-anak bisa bersekolah tinggi menggapai cita-citanya. Mengikuti apa yang kata guru SD-nya katakana kepada si anak ; “Anak-anak, gantunglah cita-citamu setinggi langit..”, Namun kenyataan dilapangan tidak lah demikian.

Guru SD saya pernah mengatakan : “Negara Indonesia sebenarnya adalah negara yang kaya-raya, sumber daya alam nya melimpah ruah. Hanya saja kita tidak memiliki Sumber Daya Manusia yang tidak memadai, sehingga kita tidak bisa mengurusi sumber daya alam kita!”.
Dan beberapa bulan yang lalu ketika saya sedang ada kelas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya, dosen saya berbicara tentang kondisi bangsa Indonesia. Perkataannya kurang lebih sama. Persis dengan apa yang dikatakan guru SD saya, “Negara Indonesia sebenarnya adalah negara yang kaya-raya, sumber daya alam nya melimpah ruah. Hanya saja kita tidak memiliki Sumber Daya Manusia yang tidak memadai, sehingga kita tidak bisa mengurusi sumber daya alam kita!”

Gila..! Kemana aja kita? 10 tahun lebih masalah Indonesia sama, kita melewatkan waktu begitu saja tanpa ada perubahan dan perkembangan pembangunan yang berarti. Bahkan besar kemungkinan kita dalam keadaan yang merugi, dimana hari ini sama dengan hari kemarin atau bahkan lebih buruk lagi, celaka.


Potret Pembangunan Manusia Indonesia

Masalah besar bangsa ini memang sangat pelik, yang kita soroti adalah permasalahan stagnasi pembangunan, dimana perkembangan pembangunan Indonesia masih di situ-situ saja.
Kalau kita menilik dari angka Human’s Development Indeks (HDI) Indonesia saja, indonesia dibanding dengan negara-negara lain masih sangat rendah.

Pada tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke 124 dari 187 negara yang disurvei, dengan skor 0,617. Peringkat ini turun dari peringkat 108 pada tahun 2010. Di kawasan ASEAN, Indonesia hanya unggul dari Vietnam yang memiliki nilai IPM 0,593, Laos dengan nilai IPM 0,524, Kamboja dengan nilai IPM 0,523, dan Myanmar dengan nilai IPM 0,483. Indonesia juga masih jauh dari Singapura dengan nilai 0,866. Kemudian disusul Brunei dengan nilai IPM 0,838, disusul Malaysia (0,761), Thailand (0,682,) dan Filipina (0,644). [1]


Fenomena Disparitas (Kesenjangan) Pembangunan Indonesia

Selain indeks pembangunan manusia nya, stagnasi pembangunan di Indonesia tentunya bisa kita lihat dari angka disparitas (kesenjangan) pembangunan di indonesia. Disparitas pembangunan antar wilayah masih merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Indikator masih tingginya kesenjangan antar daerah dicerminkan ke dalam empat masalah yaitu :
  1. Disparitas penyebaran penduduk dan ketenagakerjaan, Kita masih melihat fenomena di Indonesia peta persebaran penduduk masih hanya terpusat di pulau jawa, dengan jawa barat sebagai propinsi terpadat se-indonesia. begitu pula permasalahan ketanaga kerjaan,
  2. Disparitas tingkat kesejahteraan sosial ekonomi, dengan masih rendahnya peningkatan akses pendidikan, melek huruf, dan partisipasi sekolah yang terlihat dari rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di seluruh wilayah Indonesia.
  3. Disparitas pertumbuhan ekonomi antar daerah, Bagaiman perekonomian hanya menggeliat di kota-kota besar. Suplay dana dari pemerintah yang hanya prioritaskan kepada kota besar akibatkan perekonomian daerah lemah. Sehingga investor pun tidak berminat tanamkan modalnya di daerah.
  4. Disparitas prasarana antar daerah yang sangat tinggi. Kita sudah mafhum tentunya fasilitas sarana dan pra sarana yang ada di Indonesia masih terjadi ketimpangan antar daerah. Fasilitas yang ada di kota-kota besar perbedaan nya sangat jauh dengan fasilitas yang ada daerah atau kota-kota di luar pulau jawa. Ini adalah ketidakadilan bagi rakyat Indonesia yang hidup jauh dari pusaran kekuasaan
Masalah disparitas ini tidak bisa dijadikan masalah yang sepele, masyarakat yang jauh dengan pusaran uang dan pembangunan, dimana mereka melihat perilaku manusia – manusia yang sangat dekat dengan pusaran kekuasaan dan uang begitu berfoya-foya dan mempercontohkan pola kehidupan yang glamor atau yang lebih mengerikkan adalah perilaku para pemegang mandate rakyat yang justru bukan mensejahterakan rakyat tapi mempertontonkoan perilaku kriminal yang merugikan orang lain. Ya, dicontohkan dengan perilaku pejabat yang korup yang sudah kehilangan integritas dan nurani.

Suatu saat maslah ini bagaikan bom waktu dan menjelma menjadi masalah yang sangat besar bagi Indonesia. Kesenjangan pembangunan dan pola perilaku yang glamor dan korup dari para pejabat ini bisa akibatkan disintegrasi bangsa. Dimana rakyat di daerah sudah tiidak percaya dengan pemerintahan yang terpusat di jawa, khususnya ibu kota Jakarta.

Namun saya masih percaya, bangsa ini masih punya harpan untuk bangkit dari kondisi stagnasi pembangunan. Bangsa ini masih punya nyali besar untuk menunjukkan kebesarannya dalam konstelasi pembangunan perekonomian global. Mewujudkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.


Perbaikan sistem pendidikan yang berorientasi pada proses.

Melihat potret permasalahan bangsa diatas, hal pertama yang harus dibenahi adalah sistem pendidikan, dimana sistem pendidikan nasional kita masih menganut sistem pendidikan yang hanya berorientasi pada nilai, seolah tidak menghargai proses. Ini dapat dilihat dari sistem evaluasi  nasional dalam sistem pendidikan nasional kita. Adanya ujian nasional sebagai penentu kelulusan di berbagai jenjang pendidikan dasar dan menengah kita, menjadi bukti sistem pendidikan nasional kita tidak menghargai proses. Sehingga output dari sistem pendidikan nasional seperti itu menghasilkan orang-orang yang ingin mendapatkan hasil dalam waktu singkat tanpa menghargai proses.

Terlepas dari kontroversi kemunculannya, Kurikulum 2013 yang baru memang menawarkan konsep religiusitas yang cukup memberikan sinyal positif untuk membentuk dan menjaga karakter bangsa untuk tetap memegang teguh karakter budaya bangsa dan siap menjadi masyarakat dunia dengan berpegang teguh pada norma agama yang dianut.

Permasalahan disparitas dan pembangunan ekonomi akan dengan sendirinya bisa diatasi ketika pendidikan sebagai corong perubahan bangsa serius dibenahi. Diawali dengan perbaikan sistem pendidikan nasionalnya.



Optmalisasi Bonus Demografi Indonesia dengan Ketaatan pada Norma Agama

Kita pernah mendengar sebuah prediksi para ahli demografis, bahwa kedepan Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana angka usia produktif atau pemuda akan meledak. Artinya kita akan memiliki usia produktif yang begitu melimpah. Fenomena ini bisa menjadi potensi besar, artinya menjadi sebuah keuntungan untuk kemajuan bangsa. Namun, potensi ini bisa berubah menjadi bencana kektika kita tidak mampu memanfaatkan momentum ini.
Seorang pemuda memiliki karakteristik yang sangat menarik, merekalah pribadi – pribadi yang memiliki sifat pantang menyerah dalam berkarya, selalu memiliki ingin rasa ingin tahu yang amat tinggi, mempunyai energi yang kuat dan fisik yang mumpuni. Merekalah tulang punggung harapan bangsa ini.

Sejarah membuktikan pemuda tidak pernah absen dalam perubahan perbaikan sebuah bangsa, mereka adalah pilar kebangkitan sebuah bangsa. Ketika kita sulit untuk berharap kepada generasi tua yang sudah banyak yang korup dan tidak punya integritas. Kita harus terus menjaga karakter bangsa khususnya karakter dan akhlak para pemuda-pemuda Indonesia. Utamanya dengan penetapan sistem pendidikan yang menjaga karakter dan moral bangsa (pemuda).

Apabila para pemuda memiliki basic charracter tentang agama yang kuat, mereka  taat dan patuh akan aturan dan norma agama yang dianut, tentunya pemuda dengan karakter tersebut sudah pasti akan memiliki rasa cinta akan negara nya, dan siap berdedikasi untuk bangsa dan tanah air.

Mereka yakin, mereka akan menjadi penyelamat dari krisis pembangunan bangsa dewasa ini. Karena di pundak mereka semakin berlipat hak-hak rakyat Indonesia yang harus segera ditunaikan. Pemuda Indonesia akan berfikir panjang untuk masa depan bangsanya dan bijak dalam menentukan sikap politik.

Pemuda harus tahu, bahwa amanah yang diembannya begitu besar. Sehingga butuh nurani yang ikhlas dalam melakukan kerja – kerja besar untuk berjuang menjaga kehormatan tanah air. Sungguh para pemuda haruslah bersemangat dalam merealisasika ide dan amal untuk merebut sebuah kejayaan, karena begitu banyak pengharapan dari rakyat Indonesia akan munculnya Indonesia baru yang berkarkater dan berintegritas. Tidak ada pilihan lain untuk para pemuda untuk merebut setiap kesempatan dalam melakukan kerja-kerja besar mewujudkan kejayaan tanah air.

Sehingga benar saja seperti yang dikatakan salah satu tokoh pergerakan di mesir ; “Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya”.

Bisa dibayangkan ketika pemuda-pemuda Indonesia memiliki ketaatan akan agamanya, kesadaran akan dedikasi membangun bangsa, ikhlash menjalankan amanah tulang punggung negara dan tidak ada kata ragu dalam beramal perjuangkan pembangunan, maka cita-cita Indonesia madani bukan hanya mimpi.

Wallahu 'alam bisshowab..



Dudi Septiadi
*Penulis : Presiden Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FPEB UPI

[1] Nissia Putri Rahayu, IPM Indonesia 2012 ; Makalah Seminar Ekonomi
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
Powered by Myuza