“YANG BERJATUHAN DIJALAN DAKWAH”
(Fathi Yakan)
Oleh : Dudi Septiadi (0901474)
Fenomena Berjatuhan di Masa Kenabian
Fenomena berjatuhan di jalan dakwah pada masa kenabian tidak tampak jelas seperti yang terjadi pada zaman modern sekarang ini. Kebanyakan yang terjadi pada masa itu adalah terjatuhnya beberapa pribadi ke dalam kekeliruan, meski sebagiannya merupakan kesalahan besar. Hal ini disebabkan tabi’at amal pada masa itu membawa manusia pada salah satu dari dua pilihan, dan tidak ada pilihan yang ketiga. Yakni, memilih hidup secara Islami atau jahiliyah. Hal ini menyebabkan, kaum muslimin pada masa itu tak berani keluar dari barisan Islam, karena takut pada sanksi kemurtadan.
Yang Tertinggal dari Perang Tabuk
Perang Tabuk adalah perang yang disiapkan oleh Rasulullah saw. secara terang-terangan dalam rangka menghadang kaum Romawi dan Ghassan di utara yang diisukan bahwa mereka menyiapkan segelar pasukan yang besar. Perang ini amat penting, namun saat itu sedang terjadi musim kemarau panjang dan buah-buahan sedang masak. Karena itu, peperangan ini Allah jadikan sebagai pelajaran berat bagi kaum mu’min sekaligus mengeliminasi kaum munafik, sebagaimana yang diterangkan dalam beberapa ayat surat At-Taubah.
Sebanyak tiga puluh ribu prajurit Muslim berangkat, meninggalkan kaum muslim yang secara syar’i diperbolehkan untuk tidak mengikuti peperangan. Namun, di antara mereka ada segelintir orang munafik yang mencari-cari alasan untuk tidak mengikuti peperangan. Bukan berarti mereka tidak mampu, namun hati mereka menjadi kecut dalam menghadapi perang pada masa itu.
Tatkala Rasulullah saw. kembali ke Madinah, orang-orang yang tidak mengikuti peperangan mengemukakan alasan-alasan mereka. Namun, di antara mereka ada tiga orang yang dalam hatinya masih tertanam keimanan yang kuat. Mereka mengakui kelalaiannya di hadapan Rasul, dan mengatakan bahwa tidak ada halangan berarti untuk mengikuti peperangan. Berdasarkan wahyu yang diterima, Rasulullah saw. memerintahkan untuk mengisolir mereka (tidak mengajak bicara sedikitpun). Mereka adalah Ka’ab bin Malik, Murarah bin Rabi’, dan Hilal bin Umayyah.
Kisah Ka’ab bin Malik
Ka’ab bin Malik adalah salah satu dari tiga orang yang di-iqob oleh Rasul, dan kisahnya amat terkenal. Ka’ab dan ketiga sahabat yang lain diisolir hingga lima puluh hari setelah Allah menurunkan ayat yang menerangkan penerimaan taubat mereka di sisi Allah.
Kisah Hathib Abi Balta’ah
Hathib bin Abi Balta’ah dapat dikatakan melakukan sesuatu yang dewasa ini dianggap sebagai pembocoran rahasia negara dan pengkhianatan besar, sehingga memunculkan sikap anti pati dari massa dan sikap pemaaf dari kepemimpinan.
Saat Rasulullah saw. merencanakan pemberangkatan segelar pasukan muslim menuju Makkah, beliau berusaha menjaga agar orang-orang Makkah tidak tahu menau mengenai pemberangkatan ini, dengan tujuan mereka tidak sempat mengadakan persiapan sedikitpun untuk melawan, sehingga seluruh kondisi sepenuhnya dikuasai kaum Muslimin. Namun, secara sembunyi-sembunyi Hathib bin Abi Balta’ah mengirimkan surat untuk orang-orang Makkah tentang pemberangkatan ini, dengan perantara seorang wanita. Namun, kabar ini dapat diketahui Rasulullah saw. dan akhirnya terbongkar. Para sahabat sangat geram, namun Rasulullah saw. memaafkan tingkah Hathib ini sebagai penghormatan dirinya sebagai pejuang Badar.
Masjid Dhiror
Kaum munafik pada zaman Rasulullah saw. selalu mencari-cari celah untuk menggoyahkan kekuatan kaum Muslimin dari dalam. Karena itu, mereka mendirikan Masjid Dhiror dengan dalih sebagai tempat ibadah dan menyelesaikan persoalan sosial ummat. Mereka meminta Rasulullah saw. untuk shalat di masjid mereka, sepulang dari perang Tabuk. Namun, Rasulullah saw. menerima informasi dari wahyu bahwa masjid tersebut digunakan oleh kaum munafik sebagai tempat menyusun konspirasi. Karena itu, Allah memerintahkan Rasul untuk membakar masjid tersebut.
Berita Bohong
Berita bohong ini berkenaan dengan istri Rasulullah saw. pada peristiwa pasca perang Bani Musthaliq. Berita bohong ini sengaja disebarluaskan oleh kalangan orang-orang munafik dalam rangka menghancurkan harga diri Rasulullah saw. dan keluarganya.
Kisah Abu Lubabah
Abu Lubabah adalah duta Rasulullah saw. untuk kaum yahudi Quraizhah saat orang-orang Islam mengepung mereka akibat pengkhianatan mereka pada perang Ahzab. Rasul memerintahkan Abu Lubabah untuk berbicara dengan orang-orang Yahudi, namun ia berkhianat. Karena merasa bersalah, ia mengikatkan diri di tiang masjid Nabi dan tidak akan melepaskannya kecuali Rasulullah saw. sendiri yang melepasnya. Problem dan krisis yang sering muncul di masyarakat, dan menimpa umat Islam, kebanyakan bersumber dari buruknya tarbiyah serta lemahnya komitmen seseorang pada syari’at Allah.
Rusaknya sifat amanah, timbulnya ambisi kekuasaan, minimnya kesetiaan, pengingkaran terhadap kebaikan, pergunjingan dan adu domba, kebencian dan iri hati, bangga diri, ekstrem, serta berbagai penyakit lain yang menggerogoti dan meracuni bangunan Islam biasanya bermula dari penyimpangan dalam tarbiyah Islam dan buruknya kepribadian.
Kondisi ini semakin memperkuat, bahwa pergerakan Islam harus memberikan perhatian besar pada aspek pendidikan aqidah, ruhaniah dan akhlak. Juga, mencegah dominasi aspek-aspek lainnya, seperti birokrasi dan politik. Sebab aspek itu (pendidikan aqidah, ruhaniah, dan akhlak) meruppakan kendali pengaman kepribadian.
Sebab-sebab Tasaquth
Pertama: Sebab-sebab yang Bersumber dari Pergerakan
1. Lemahnya Aspek Tarbiyah
Aspek tarbiyah atau pendidikan dalam suatu pergerakan (harakah) terkadang hanya mendapat porsi yang terbatas. Sementara, aspek-aspek lainnya, seperti administrasi organisasi, dan politik mengalahkan segala hal. Kalangan yang kerap kali terjebak seperti itu adalah para pemimpin, administrator, dan orang-orang yang memegang urusan politik dan sosial. Sehingga, membuat mereka putus hubungan dengan tarbiyah serta segala urusan yang berkaitan dengannya. Pada gilirannya, hubungan-hubungan, pertemuan-pertemuan, dan aktivitas-aktivitas mereka menjadi kering dan sepi dari kehidupan Robbani juga kesegaran ruhani. Keterangan: QS Al-Fath: 4, QS Al-Kahfi: 13, QS Maryam: 76, QS Muhammad: 17, QS Muddatstsir: 31.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya iman itu bisa menjadi lusuh dalam diri salah seorang dari kamu sebagaimana lusuhnya pakaian. Karena itu, mohonkanlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman yang ada di dalam hatimu.” (HR At-Thabarani dan Al-Hakim).
Perhatian setiap individu, baik sebagai bawahan maupun atasan, terhadap tarbiyah seharusnya menjadi kesibukan utama bagi sebuah pergerakan. Bagaimanapun kondisi yang terjadi di sekelilingnya, bahkan situasi buruk apapun yang kadang mengiringi jalannya dakwah, tetap harus memperhatikan tarbiyah, bukan malah sebaliknya. Sebab kebutuhan manusia akan pemeliharaan, perhatian dan peringatan justru lebih besar pada situasi darurat.
Apabila sebuah harakah tidak memiliki sistem tarbiyah yang mampu mengontrol, menjaga, dan membina anggotanya, maka akan menemui keruntuhan dan kehancuran. Sebaliknya, pergerakan akan memiliki ketahanan dan kesolidan seukuran perhatian yang diberikannya pada aspek pembinaan.
Karena itu, manhaj (metode) pembinaan harus selalu dikaji, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi yang dilalui oleh pergerakan. Aktivitas tarbiyah tidak boleh berhenti atau terputus karena adanya situasi darurat, atau karena perhitungan dari salah satu aspek operasional. Dan seluruh anggota pergerakan, tanpa kecuali, wajib mendapat kontrol tarbawi dengan mekanisme tertentu.
Ikatan individu dengan pergerakan harus dibangun di atas ikatannya dengan Allah dan ajaran Islam. Sebab, pergerakan atau struktur bukan tujuan. Melainkan sarana untuk melaksanakan perintah Allah dan menggapai keridhoan-Nya, bukan sarana untuk mewujudkan kepentingan pribadi para aktivisnya.
2. Tidak Proporsional dalam Memposisikan Anggota
Problem ini selalu mengantar pada kegagalan aktivitas dan bergugurannya sebagian aktivis. Pergerakan yang profesional dan matang adalah pergerakan yang mengetahui kemampuan, kecenderungan, dan bakat para anggotanya. Juga, mengenal titik-titik kekuatan dan kelemahan mereka. Dengan begitu lembaga ini dapat menempatkan setiap anggota pada posisi sesuai dengan kemampuan, kecenderungan, watak, dan levelnya. Tidak asal pasang orang.
Bila sebuah lembaga pergerakan tidak mengenal potensi anggota-anggotanya secara detail dan teliti, maka tidak akan berhasil memposisikan mereka secara tepat. Dan jika pergerakan tidak mengenal kebutuhan setiap pos aktivitas, maka tidak akan mampu mengisinya secara benar dan baik. Karena itu, bila sebuah lembaga pergerakan dalam melakukan proses pemilihan anggota tanpa menggunakan pertimbangan-pertimbangan obyektif, maka rusaklah keseimbangan seluruh jaringannya.
3. Tidak Memberdayakan Semua Anggota
Faktor ini merupakan fenomena yang paling berbahaya bagi suatu pergerakan, karena hal ini menyebabkan aktivitas menjadi menumpuk pada kelompok tertentu. Sementara kelompok mayoritas tidak mendapatkan tugas. Sedangkan waktu terus berjalan, akal dan hati pun berubah-ubah, anggota pergerakan merasa tidak produktif karena lemahnya ikatan keanggotaannya. Di sisi lain, berbagai daya tarik kesibukan dan pesona yang beraneka ragam membayang di depannya, akhirnya semangat dan motivasi jihad yang ada dalam hatinya melemah, lantas ia menghilang dari pentas dakwah, dan terhanyut dalam arus masyarakat serta kesia-siaan yang ada di dalamnya.
4. Lemahnya Kontrol
Di antara penyebab berjatuhan dari jalan dakwah adalah karena tidak adanya kontrol terhadap anggota. Juga, kurangnya perhatian terhadap berbagai situasi yang berpengaruh pada mereka. Sebagaimana umumnya manusia, anggota pergerakan juga menghadapai situasi sulit, krisis dan aneka ragam problem. Baik persoalan kejiwaan, keluarga, ekonomi, atau lainnya. Apabila pergerakan turut membantu mencari solusi dan menyelesaikan semua itu, maka mereka akan melewati masa-masa sulit itu dengan selamat. Setidaknya, anggota merasa nyaman dan diperhatikan oleh lembaga yang selama ini memayunginya. Dan bila itu dilakukan, kepercayaan anggota terhadap pergerakan semakin mantap. Ia pun akan melanjutkan perjuangan dengan penuh semangat. Tetapi bila yang terjadi sebaliknya, maka mereka akan kecewa, frustasi dan akhirnya terpental dari pergerakan. Bahkan, mungkin ia akan keluar dari bingkai Islam.
Agar mampu mengontrol anggotanya, maka lembaga pergerakan harus menyeimbangkan perluasan daerah dan penambahan anggota dengan penyediaan jaringan kepemimpinan yang (dalam kondisi apapun) mampu menguasai basis massa, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan mereka yang terus berkembang.
5. Kurang Sigap dalam Menyelesaikan Persoalan
Setiap pergerakan pasti menemui persoalan yang butuh penyelesaian. Dan, setiap pergerakan memiliki cara dan bentuk tersendiri dalam menangani setiap persoalan tersebut. Apabila suatu lembaga pergerakan melakukan penanganan secara jelas, cepat, dan tepat, maka perjalanannya akan menjadi teratur, dan anggotanya menjadi sehat. Sebaliknya, apabila wadah ini lamban dalam memantau dan menyelesaikan masalah, maka persoalan akan semakin menumpuk dan perjalanan aktivitasnya akan menjadi terganggu.
Sebuah masalah kadang mulanya dipicu oleh persoalan yang kecil dan terbatas. Tetapi bila dibiarkan, akan menjadi semakin besar dan menyebabkan munculnya beberapa problem lain. Terkadang suatu persoalan hanya membutuhkan tidak lebih dari satu kata, satu keputusan, satu kunjungan, sekali pertemuan, sekali pemberian maaf, sekali teguran, sekali nasehat, sekali bantuan, sekali penjelasan, sekali pengungkapan, atau hal-hal mudah lainnya. Tapi ketika persoalan itu dibiarkan dan ditangguhkan, maka akan menyedot banyak energi dan waktu. Sementara persoalan terkadang berhasil diselesaikan dan terkadang tidak dapat diatasi.
6. Konflik Internal
Sebab-sebab munculnya konflik internal cukup banyak, antara lain,
- Lemahnya pimpinan dalam mengendalikan barisan dan mengatur berbagai urusan.
- Adanya tangan-tangan tersembunyi dan kekuatan eksternal yang sengaja mengobar fitnah.
- Perbedaan watak dan kecenderungan antar anggota yang disebabkan oleh ketidaksingkronan antara tarbiyah dan lingkungan.
- Persaingan untuk mendapatkan kedudukan atau posisi struktural maupun politis.
- Tidak adanya komitmen pada kebijakan, kaidah-kaidah serta prinsip-prinsip pergerakan, ketidaktaatan pada keputusan jajaran pimpinan, dan munculnya sikap-sikap infiradi (mengabaikan sistem syuro).
- Kosongnya aktivitas dan mandulnya produktivitas, padahal keduanya seharusnya menjadi kesibukan satu-satunya para aktivis dakwah dan penguras tenaga mereka.
Contoh kasus ini pada zaman Rasulullah saw. yaitu usaha orang yahudi dalam mengacaukan persatuan Muslim Aus dan Khazraj yang dengannya turun QS Ali Imran: 100 -105.
7. Pemimpin yang Lemah
Di antara penyebab langsung berjatuhan anggota pergerakan adalah lemah dan ketidakmampuan pimpinan dalam mengendalikan, serta menjaga keutuhan barisan pada setiap situasi.
Lemahnya kepemimpinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain,
- Lemahnya daya nalar dan intelektual pimpinan, sehingga tak mampu memberi kepuasan pada kehausan intelektual pemikiran bawahan. Atau, terkadang ia mampu dalam aspek pemikiran, tapi lemah pada aspek-aspek lainnya.
- Terkadang disebabkan oleh lemahnya kemampuan struktural, di mana jajaran pimpinan tidak memiliki bakat dan kemampuan manajerial yang dapat mengendalikan struktur, serta meletakkan prinsip-prinsip dasar keorganisasian. Maka itu, aktivitas menjadi kacau, kepentingan menjadi tumpang tindih, problem semakin menumpuk, dan berbagai permasalahan semakin berkembang. Hal ini dapat memicu munculnya fenomena berguguran di jalan dakwah.
Sifat yang Harus Dimiliki Pemimpin
a. Mengenal Da’wah
b. Mengenal Diri
c. Perhatian yang Utuh
d. Teladan yang Baik
e. Pandangan yang Tajam
f. Kemauan yang Kuat
g. Fitrah yang Mengundang Simpati
h. Optimisme
Kedua: Sebab-sebab yang Bersumber dari Individu
1. Watak Indisipliner
- Di antara mereka ada yang tidak siap memikul beban-beban tugas struktural.
- Di antara mereka ada yang enggan meleburkan diri dalam bangunan jama’ah, dan berkeinginan kuat menjaga kepribadiannya.
2. Takut Mati dan Miskin
“Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan neraka dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan).” (HR Muslim, Ahmad, dan At-Turmudzi)
“Orang yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shalih. Sungguh salah seorang mereka diuji dengan kefakiran hingga tidak memiliki apa-apa kecuali selembar pakaian yang dipotong lalu dipakai, dan ada di antara mereka diuji dengan kutu kepala yang menyebabkan kematiannya. Sungguh salah seorang dari mereka merasa lebih bergembira mendapatkan ujian daripada mendapatkan anugrah (pemberian).” (HR Ibnu Majah)
3. Sikap Ekstrem dan Berlebihan
Sikap ekstrem dan berlebihan dapat menjadi penyebab bergugurannya sebagian orang di jalan dakwah. Orang yang membebani diri melebihi kemampuannya, tidak menerima sikap moderat, dan bersikeras untuk berlebih-lebihan dalam segala hal, pasti akan mengalami frustasi kejiwaan dan keimanan.
4. Sikap Mempermudah dan Menganggap Enteng
Dari ‘Aisyah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai ‘Aisyah, jauhilah olehmu dosa-dosa yang dianggap kecil, sebab ia punya penuntut dari Allah swt.” (HR Nasa’i dan lainnya)
Dari Anas ra. ia berkata, “Sesungguhnya kamu melakukan beberapa amalan (dosa) yang menurut pandangan mata kamu lebih halus daripada rambut, sedang kami pada masa Rasulullah saw. menganggapnya sebagai hal-hal yang membinasakan.” (HR Bukhari)
5. Ghurur dan Senang Tampil
Faktor lain yang menjadi penyebab berjatuhan di jalan dakwah adalah penyakit ghurur (tertipu oleh diri sendiri) dan senang menampilkan diri. Penyakit batin ini sangat berbahaya, karena dapat menghancurkan jiwa para aktivis dakwah, merusak amal, menghapus pahala dan mencelakakan mereka di akhirat.
“Sesungguhnya apa yang aku takutkan terhadap ummatku adalah syirik kepada Allah swt., saya tidak mengatakan mereka menyembah matahari, atau bulan atau berhala, akan tetapi amal-amal yang ditujukan kepada selain karena Allah swt, dan syahwat yang tersembunyi.” (HR Ibnu Majah)
(QS Al-Qashash : 83)
“Tiga perkara yang membinasakan: bakhil yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap diri sendiri.” (HR Ath-Thabrani)
6. Cemburu terhadap Orang Lain
Di antara sebab yang membuat seseorang terjatuh di jalan dakwah adalah cemburu buta terhadap orang lain. Terutama, terhadap orang-orang yang terdepan, terpandang, sukses, dan yang dikaruniai keahlian yang tidak dimiliki orang lain. Setiap jama’ah menghimpun barisannya dengan beragam jenis orang yang memiliki tingkat keahlian berbeda. Begitu juga dengan keragaman kepribadian, kejiwaan, kefanatikan dan pemikiran.
“Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah olehmu prasangka (buruk), karena sesungguhnya prasangka (buruk) itu perkataan yang paling dusta. Dan janganlah kamu mengorek-ngorek berita, janganlah kamu memata-matai, janganlah kamu saling bersaing, janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamu saling marah, dan janganlah kamu saling membelakangi (membenci). Jadilah kamu hamba Allah swt yang bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah swt. Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh membiarkannya (tidak menolongnya), dan tidak boleh menghinakannya. Taqwa itu di sini, taqwa itu di sini (beliau mengisyaratkan ke dadanya). Cukuplah dosa seseorang kalau dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, kehormatannya dan hartanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
7. Fitnah Senjata
Sikap ekstrem yang paling berbahaya adalah yang berkaitan dengan penggunaan kekuatan. Karena hal itu dapat menimbulkan perkara yang tidak hanya menimpa personal, tetapi juga dapat menimpa sebuah wadah pergerakan secara keseluruhan.
Sebab timbulnya fitnah senjata:
Pertama, tidak jelasnya tujuan pembentukan kekuatan
Kedua, tidak memenuhi syarat penggunaan kekuatan
Syarat yang paling penting adalah :
· Mengoptimalkan penggunaan sarana-sarana lain terlebih dahulu, sehingga penggunaan kekuatan fisik menjadi penyelesaian akhir
· Menyerahkan persoalan pada kebijakan imam dan jama’atul muslimin (khilafah Islam), bukan pada perorangan atau masyarakat umum
· Tidak mengundang kerusakan atau fitnah
· Tidak melanggar kebijakan syari’at
· Disesuaikan dengan skala prioritas
· Dipersiapkan dengan benar dan matang
· Tidak gegabah dan reaksioner
· Tidak menjerumuskan umat Islam dalam pertarungan yang tidak seimbang
Ketiga: Sebab-sebab Eksternal
1. Tekanan Tribulasi
Tribulasi atau penyiksaan fisik dalam kehidupan dakwah dan da’inya adalah alat pembersih paling efektif dan penguji paling berhasil. Berapa banyak orang yang menghilang dari panggung amal Islami setelah mendapat siksaan fisik. Padahal, sebelumnya mereka termasuk orang-orang yang paling bersemangat.
Allah swt. juga menjelaskan tipe-tipe manusia dalam menghadapi tribulasi. Di antara mereka ada yang teguh dan sabar karena mengharap pahala dari Allah dan di antara mereka juga ada yang lemah, tidak mampu bertahan, dan akhirnya gugur dan menghilang dari kancah pertarungan.
2. Tekanan Keluarga
Salah satu tekanan yang dihadapi oleh para aktivis perjuangan Islam, dan terkadang mengakibatkan gugurnya sebagian dari mereka adalah keluarga dan kerabat: ayah, ibu, istri, anak dan lainnya. Sedikit sekali aktivis Muslim yang bisa terbebas dari tekanan keluarga. Sebab, secara umum keluarga mengkhawatirkan kalau anak-anak mereka tertimpa derita seperti yang sedang menimpa para da’i, mujahid (pejuang) dan para aktivis di sepanjang masa.
3. Tekanan Lingkungan
Faktor lain yang menjadi penyebab bergugurannya sebagian aktivis dari pentas dakwah adalah tekanan lingkungan. Seorang muslim terkadang tumbuh dalam lingkungan yang komitmen terhadap Islam. Namun kemudian, karena studi atau pekerjaan berpindah ke lingkungan lain, di mana pengaruh-pengaruh negatif lebih banyak dan daya tarik jahiliyah lebih kuat, ia pun mudah terpengaruh. Di sinilah pertarungan mulai berkecamuk, mungkin ia mampu bertahan dan menang atau mungkin kalah dan terbawa arus.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang dapat dikalahkan oleh tekanan lingkungan sangat banyak. Antara lain,
- Mungkin dasar pembinaannya tidak benar. Misalnya ia masih menyimpan keraguan dalam bidang aqidah atau menyembunyikan penyimpangan perilakunya.
- Mungkin komitmen ketika berada di lingkungannya didorong rasa malu, taklid, dan ikut-ikutan, bukan berdasarkan kesadaran, kepahaman, dan keimanan. Karena itu, ketika berpindah ke lingkungan lain, pudarlah komitmennya bersamaan dengan hilangnya faktor-faktor yang membuatnya komitmen; rasa malu, taklid, dan ikut-ikutan.
- Mungkin di lingkungan keduanya, ia meninggalkan dunia dakwah dan para aktivisnya, lalu bergabung dengan lingkungan jahiliyah dan bergaul dengan teman-teman yang buruk. Sikap ini sangat berbahaya, membawa sial dan dapat mengakibatkan berguguran, bila tidak mendapat pertolongan dan pemeliharaan dari Allah swt.
4. Tekanan Gerakan Destruktif
Gerakan-gerakan destruktif selalu ada pada setiap waktu dan tempat. Faktor yang bisa menjadikan para aktivis Islam berguguran di jalan dakwah ini, selalu muncul dan bekerja keras menebarkan keraguan. Ibarat palu godam yang dipersiapkan untuk menghantam gerakan Islam dan menghancurkannya dengan mengatasnamakan Islam.
5. Tekanan dari Figuritas
Salah satu penyebab bergugurannya aktivis di jalan dakwah adalah figuritas dan segala kaitannya yang tercakup dalam penyakit ujub (bangga diri), ghurur (tertipu), terlalu mencintai diri sendiri, sombong dan egois. Penyakit inilah yang menyebabkan kebinasaan iblis yang membanggakan dosanya.
0 komentar:
Posting Komentar